sorry kalo cerpen nya masih kaku, emang sih!! ini kisah nyata.. gue ambil dari kisah temen gue gan. jadi silahkan baca...
MASALAH SEPELE!!! MENGANGGU PERCINTAANKU
Kringgg.. Kring.. Kring.. Suara jam beker membangunkanku
dari mimpi indahku.
“Hoaammm…Apaa? Sekarang jam 6? Aku telat” aku terkejut saat
melihat jam ku, buru-buru aku menuju kamar mandi dan langsung bersiap-siap
berangkat menuju sekolah baruku.
Hari ini hari pertama aku bersekolah di RSMABI
Negri Parigi yang memang jauh dari tempat tinggalku. Aku benci hari ini.
Hari ini aku harus menuruti kemauan senior-seniorku membawa tas dengan kantong
kresek, memasang pita di jilbabku itu sungguh sangat memalukan. Orang-orang
dijalanan menatapku tajam antara mau tertawa atau menganggapku anak muda yang
gila.
“Pak, pak jangan ditutup dulu ya pak.. Aku mohon !!” penjaga
sekolah itu hendak menutup gerbang sekolah, aku memohon-mohon agar beliau
membukakannya untukku dan aku berhasil merayunya haha
Banyak siswa baru yang sama sepertiku, sama-sama gila
memakai benda-benda yang sangat merusak pemandangan di tubuhku. Tak satupun
dari anak-anak itu yang aku kenal. Tak ada teman SMP yang satu sekolah
denganku. Aku hanya sendiri melamun ditemani rumput-rumput yang bergoyang
disebalahku. Tiba-tiba seseorang dating dan duduk disampingku
“Hai ! Sendirian aja nih bolehkan aku duduk disini?”
Seseorang meminta ijin untuk duduk disampingku
Aku menatapnya dari atas hingga bawah. “Bukannya dia sudah
duduk disampingku? Kenapa harus meminta ijin? Bodohh!!” batinku sinis, tetapi tetap ku tampakkan senyumku yang manis
itu. Dia hanya tersenyum menatapku tajam
seperti sedang membaca pikiranku saat ini. Aku hanya membalas senyuman kecil
“Namaku Alya Sabila, kamu siapa?” dia menjulurkan tangannya
“Hai Alya, aku Rasya Aprillia. Senang berkenalan denganmu ”
aku membalas jabatan tangannya sedikit menampakkan senyum dari wajahku
Aku tak menyadari ternyata Alya teman sekelasku. Aku sungguh
masa bodoh terhadap disekitarku sampai-sampai aku tak tahu siapa-siapa teman
sekelasku. Alya anak yang cukup baik, cantik, manis, pintar pula tapi tak lebih
dariku HAHAHA. Aku rasa Alya akan menjadi teman baikku di sekolah baruku ini,
dialah orang pertama yang mengajakku berkenalan, mengajakku ke kantin,
mengajakku keliling-keliling sekolah.
“Sya, ke kantin yuk! Aku laper nih!” ajak Alya sambil
menarik-narik tanganku
Aku langsung berdiri sambil mengikutanya dari belakang. Saat
aku membeli roti ku melihat seorang lelaki manis, tinggi, tapi tidak terlalu
rapi karena ada suatu benda yang sangat menganggu, sama seperti anak-anak
lainnya termasuk aku.
Masa-masa orientasi siswa telah berakhir, aku sangat gembira
akhirnya aku terlepas dari sengatan-sengatan senior menyebalkan itu! Kuikuti
ekstrakulikuler karate karna banyak manfaat yang tersirat dari organisasi itu.
Memang membuatku jadi capek, nambah hitam pula, tapi karna karate aku bisa
melihat lelaki yang kutemukan saat aku membeli roti di kantin bersama Alya.
Kutatap dari jauhan tapi dia tak pernah menatapku balik, mungkin hanya sebuah
harapan kosong yang aku dapatkan.
Bertemu saja sangat jarang apalagi bisa mengobrol bersama dia. Sekarang aku
tahu siapa nama lelaki manis itu, Galang Lihartuna Ramadhan, ya lelaki manis
itu bernama Galang. Kalau saja aku bertegur sapa dengannya akan ku panggil dia
Galih singkatan dari namanya.
Hari ini hari yang melelahkan. Tak ada semangat untuk
latihan karate lagi. Kuputuskan untuk segera ke kantin mengisi perutku yang
sudah berteriak-teriak sejak latihan tadi. Aku merasa saat ini aku bermimpi
berseblahan dengan Galih. Galih berdiri disampingku sambil memilih-milih roti
yang akan dibelinya. Aku memilih untuk diam agar aku tak salah tingkah. Tapi
tiba-tiba dia mengajakku berbicara
“Eh, teteh anak Karate kan?” Galih mengajakku berbicara
“Hmm, i..i..iya” jawabku terbata-bata terlihat sekali bahwa
aku salah tingkah dihadapannya
Dia hanya senyum lalu pergi bersama teman-temannya. Ya Tuhan
senyuman itu muncul lagi dibenakku, aku tak bias menghapus senyumannya dari
pikiranku. Galih, jangan salahkan aku jika dirimu selalu ada di pikiranku. Apa
kau tak capek mondar-mandir dipikiranku? Apa kau tak bosan selalu ada
dibenakku? Galih, kau telah menyiksa dirimu sendiri!
Aku berbagi tentang perasaanku pada sahabatku, Alya. Alya tertawa mendengar celotehanku yang
sangat tidak masuk akal ini. Baru beberapa kali bertemu tetapi langsung suka,
tapi Alya sangat mendukung perasaanku terhadap Galih.
Tempat favoritku di sekolah yaitu tangga menuju kantin. Tak
tahu mengapa aku sangat menyukai tempat ini, padahal tempat ini sepi karena
anak-anak lebih suka menuju kantin lewat jalan depan dibandingkan tangga ini.
Seseorang memegang pundakku refleks aku membalikkan badanku untuk mengetahui
siapa yang memegang pundakku itu.
“Hm..Hm…Teh, aku suka sama teteh.” Seseorang menyatakan
perasaanya langsung dihadapanku
Aku hanya mengucapkan “Makasih” sambil tersenyum salah
tingkah
Dia meneruskan pembicaraanku dengan terbata-bata “Teteh mau
ngga..jadi pacar aku?”
Jleb!! Hati aku terpanah oleh panah asmara dia. Aku
menatapnya tajam, tak percaya oleh kata-kata Galih yang baru saja disebutkan
olehnya. Aku harus menjawab iya karena inilah moment yang sangat aku tunggu. Lidahku
keluh, sulit untuk menjawab iya, mau, I want, tentu saja aku mau, atau
semacamnya. Sontak aku berteriak “Iya aku mau”, dia yang mendengar jawabanku
langsung melompat-lompat kegirangan. Alya dan teman-teman Galih bertepuk tangan
dengan meriahnya. Aku masih tak percaya dengan kata-kata dia tapi aku berusaha
meyakinkan diriku sendiri. Dia berhenti dai lompatan-lompatannya, menatapku
tajam lalu berkata
“Makasih ya, Sya udah mau jadi cewekku”
Aku hanya tersenyum.
Hatiku meledak, Jantungku
berdetak sangat cepat, kakiku lemas. Ya
Tuhan terimaksih atas pengabulan do’aku selama ini. Kau mendengar do’a-do’aku.
Tak henti-hentinya ku ucapkan rasa syukurku kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bersyukurlah kepada Tuhanmu atas segala nikmat yang telah Ia berikan kepadamu,
berdo’alah hanya kepada-Nya, Tuhan mendengar do’a-do’amu.
Satu yang sangat disayangkan dari semua ini, jarak antara
kelasku dan kelasnya sangat jauh sehingga aku dan Galih jarang bertemu . Mungkin
Tuhan memberikan arti sesungguhnya apa itu rindu. Galih hanya berusaha mampir
kekelasku dan duduk-duduk di depan kelasku berdua bersamaku. Dia selalu bercerita
apa yang ia alam. Aku merasa tenang saat
Galih bersamaku, duduk berdua seperti ini didepan kelas, dibawah pohon yang
besar. Aku mendengarkan keluh kesahnya, kukira Galih satu rumah dengan orang
tuanya ternyata tidak, orang tuanya di Jakarta sibuk dengan pekerjaannya,
kakaknya, Raihan di Bandung sibuk dengan usaha distronya, adik satu-satunya
tinggal bersama neneknya, di Jakarta tetapi jauh dari orang tuanya, sedangkan
Galih sendiri dititipkan di asrama yang tak cukup jauh dari sekolah. Hanya
membutuhkan berjalan 20 menit dari asramanya menuju ke sekolah. Aku jadi iba
mendengar cerita tentang keluarga Galih yang menurutku kurang harmonis. Dia
anak yang pintar, taat pada agama, baik pula tetapi disisi lain dia anak yang
sangat egois mungkin faktor dari keluarganya yang kurang perhatian terhadap
dirinya. Galih bukan hanya sekedar pacarku tetapi dia sahabatku yang selalu
mengingatkan ketika aku lupa, menasehati ketika aku butuh nasehatnya,
memaafkanku ketika aku berbuat kesalahan.
Empat bulan aku jalani hubungan dengannya. Terkadang aku
cemburu melihat Galih yang dekat dengan kakak kelas, Kak Nurul tapi memang
itulah sifat Galih yang dekat dengan semuanya entah itu guru, teman-temanku,
dan kakak kelas. Kulihat dari belakang dia sedang asyik mengobrol dengan Kak
Nurul, bercerita tentang guru Seni Budaya yang sangat menyebalkan. Aku tak
berani menganggu Galih dan kak Nurul yang sedang asyik berbicara.
Keesokan harinya, aku mendengar bahwa Galih dipanggil oleh
guru Bimbingan Konseling, aku takut Galih kenapa-napa. Keringat dinginku mulai
jatuh menghiasi wajahku, tak tahu kenapa aku sangat khawatir padanya, perasaanku sungguh tak enak. Galih
meminta tolong Alya untuk memanggilkanku , mungkin dia ingin bercerita tentang
terpanggilnya ia oleh guru BK. Seperti biasa kami duduk dibawah pohon besar
didepan kelasku. Dia mulai bercerita, sengaja aku tak memulai pembicaraan
biarkan dia yang memulai berbicara.
“Sya, tadi aku dipanggil guru BK sama guru Seni Budaya, pak
Rusman. Beliau tahu gunjinganku terhadapnya, beliau mendengarnya dari seorang
kakak kelas yang dekat denganku. Pak Rusman marah. Beliau nggak mau maafin
saya, sebagai hukumannya aku ngga boleh mengikuti pelajaran beliau selama 3
tahun dan itu sama saja aku ngga bakal dapet nilai Seni Budaya dari beliau.”
Galih bercerita panjang lebar .
Aku tertegun mendengar pernyataannya, kusembunyikan embun
kecil dari mataku agar tak jatuh dihadapannya. Aku kesal dengan Kak Nurul,
ingin ku beri pelajaran, tapi aku hanya adik kelas. Aku tak tahu harus bicara
apa pada Galih. Aku iba, aku berfikir bagaimana seandainya aku berada
diposisinya saat ini.
“Sabar ya Galih.” Hanya kata itu yang dapat aku keluarkan
dari mulutku ini
Galih hanya mengangguk, dia terlihat tegar meski kutahu perasaannya
bimbang. Kusuruh dia menuju musholla untuk sholat duha agar perasaannya lebih
tenang. Galih menuruti perintahku, aku kembali ke kelas dengan perasaan yang
tak menentu. Pacarku yang sahabatku juga dilanda cobaan yang sangat menentukan
masa depannya. Kalau begini, Galih akan susah untuk masuk Universitas kelak
nanti. Aku berdo’a untuknya agar selalu sabar dan tetap tawakal.
Malamnya Galih seperti biasa selalu SMS aku untuk mengetahui
keadaanku
“Sya, sibuk ngapain? Udah sholat Isya belum? Sholat dulu,
baru SMSan.” Dia selalu mengingatkanku akan hal ini.
“Hmm, ini baru selesai sholat. Lagi baca buku, Lih. Jangan
lupa berdo’a ya!” aku hanya bisa membalas itu
Galih tak membalas SMS dariku. Ku maklumi dia mungkin
perasaannya tak menentu sama sepertiku.
Seperti biasa Galih selalu mengajakku duduk di bawah pohon
yang rindang itu. Kali ini kumulai berbicara padanya
“Lih, kenapa sih kalau kamu ngobrol sama aku, pasti kamu
ngga ngeliat ke aku? Kamu selalu menunduk.” Aku bertanya seperti itu karna aku
penasaran mengapa ia tak pernah memandangku
“Kalau aku natap mata kamu, aku ngga kuat. Hati aku pasti
luluh, maka dariitu aku selalu menunduk” jawaban Galih berhasil membuat bulu
romaku merinding. Aku kaget dengan jawaban yang keluar dari mulutnya. Memang
selama ini dia tak berani menatapku secara langsung, menatap saja tak berani,
apalagi memegang tanganku hanya sebatas jalan bareng itupun ketika pulang
sekolah saja, duduk berdua di bawah pohon besar. Kali ini dia melihat ke
wajahku sebentar lalu menunduk lagi seperti biasa
“Kamu tuh pakai jilbab, tapi rambutnya keliatan. Sama aja
boong, Sya! Ayo benerin dulu!” dia menyuruhku membetulkan jilbabku yang
terlihat sedikit terdapat rambutku.
Aku pun langsung membetulkan jilbabku. Tak terasa bel
menunjukan berakhirnya istirahat. Aku menyuruh Galih segera masuk kekelasnya.
Kulihat Galih enggan pergi, tapi kupaksa dia.
Kulihat dia berdiri didepan gerbang sekolah, dia menungguku.
Kami berdua sudah terbiasa seperti ini pulang sekolah berdua sambil
bercerita-cerita. Dia sedekit melupakan masalahnya. Saat ia sedang asyik
bercerita, aku tersandung dan hampir terjatuh. Dia yang melihatku tersandung
tertawa puas, tertawa diatas penderitaan orang lain. Dia mengambil HP-nya yang
ada disakunya lalu memberikannya padaku sambil berkata
“Waktu malem aku SMS-an sama cewek lho! Mau liat ngga?”
tawar dia. Dia memang egois, tak memikirkan perasaan orang lain. Aku mulai
kesal sontak aku merebut HP dari tangannya. Kubaca SMS-SMS nya ternyata dia
SMS-an dengan mantan kekasihnya, Wulan.
“Galih, kamu tau ngga sih perasaan saya dikaya giniin?” aku
berbicara lirih
“Emang penting?” Jawab Galih enteng. Benar-benar tak
memikirkan perasaan orang lain
Dia mulai berbicara lagi, kini mulai serius, hening,
perasaanku tak enak.
“Sya, tadi kak Raihan dateng. Kak raihan udah tau semuanya,
tapi mama dan papa belum tahu. Kak Raihan sempat marah gara-gara kelakuanku
yang seperti anak kecil ini.”
Aku tak menjawab apa-apa. Aku marah pada Kak Nurul yang
sudah membeberkan semua ini tapi aku juga kesal dengan kelakuan Galih, memang
Galih salah. Ah, aku tak tahu. Aku bingung.
Galih memang anak yang aneh. Mengapa dia tetap berteman
dengan Kak Nurul yang sudah membuat dirinya jatuh kedalam jurang?
“Hey kak! Kemana aja kamu?” sapa Galih pada Kak Nurul. Aku
sedikit kesal
“Hahahah.. Musuhan lo sama Pak Rusman? Lu sih, Gal nyari
masalah sama gue!” jawaban Kak Nurul seperti orang yang tak punya dosa. Dasar
pengadu domba!!
Galih hanya menanggapinya seperti biasa. Memang benar-benar
aneh dia!
Hari ini ada acara pelantikan organisasi dan seluruh siswa
kelas X harus menginap disekolah. Ini sungguh sangat menyiksa diriku. Malam
yang dingin membuatku tak nyaman, tapi malah aku tidur dibawah yang hanya
beralaskan tikar. Kudengar suara sesorang berjalan mendekatiku lalu ia berkata
“Sya, jangan tidur dibawah. Dingin, Sya. Nanti kamu bisa
masuk angin. Ayo pindah keatas!” Galih menyuruhku pindah keatas, tapi aku tak
menghiraukannya
Galih kembali lagi dan menyuruhku seperti itu lagi. Kali ini
aku mengalah. Aku harus menuruti perintahnya.
Kini badanku bau wangi, aku sudah rapi. Tiba-tiba Galih
menarik tanganku kedepan kelas dan meyuruhku duduk dibawah pohon besar itu.
Matanya terlihat menyimpan embun kecil. Sesaat aku lupakan masalahnya dengan
Pak Rusman, sekarang dia kembali membicarakan masalah itu lagi.
“Sya, kamu tau kan disini banyak guru yang medukung aku.
Kata mereka aku hebat bisa berbicara seperti itu kepada Pak Rusman, tapi kalau
aku mau cari aman, kata mereka aku harus pindah sekolah karna itu untuk masa
depan aku. Papa mamaku juga udah tau tentang ini dan mereka dengan segera
memindahkanku dari sekolah ini. Aku akan ikut
Mama Papa dan tinggal di Jakarta bukan di Banten lagi. Aku sadar mama
papa sayang banget sama aku mereka ngga mau masa depanku hancur cuma gara-gara
satu nilai. Yang mau aku tanyain apa kamu sanggup pacaran dengan jarak jauh
seperti ini?” Pernyataan-pernyataan yang keluar dari mulutnya membuat aku ingin
menjatuhkan embun kecil ini. Ku dengar suara isaknya ketika ia menyatakan
tentang itu. Aku tak tega memandang ke wajahnya.
Aku langsung menjawab “Aku ngga sanggup.”
“Ya udah kita putus. Jangan nangis, Sya.” Hanya itu yang
keluar dari mulutnya. Sesak dalam dada. Dia pergi ninggalin aku sendirian. Saat
itu juga air mataku berjatuhan. Aku berusaha tegar, sabar. Manamungkin aku
melupakan kenangan-kenangan indahku bersamanya. Itu sangat sulit bagiku
Semenjak aku putus dengannya aku tak bertemu dia lagi. Aku
rindu akan perintah-perintahnya, aku
rindu akan nasehat-nasehatnya. Aku berjalan sendirian menuju tangga tempat
kesukaanku disekolah, Aku melarang Alya untuk ikut denganku. Aku ingin sendiri,
Alya memakluminya. Kulihat kebawah tangga ada Galih sedang menghadangku
“Hayo..Hayoo mau kemana sang mantan? Tadi gimana ulangan
kimia nya?” dia memanggilku sang mantan
“Hmm.. Alhamdulillah gampang.” Jawabku dengan salah tingkah
“Syukurlah. Belajar yang rajin ya, Sya!” Dia mengingatkanku
dan mennylentik hidungku lalu pergi bersama teman-temannya. Inilah kebiasaan
dia yang sangat aku rindukan yaitu menylentik hidungku memang agak sakit.
Banyak teman-temanku yang sangat menyayangkan ini. Aku
mendapat celotehan dari mereka yang katanya sangat disayangkan hubungan ini.
Padahal udah serasi banget, ungkap mereka saat tahu aku dan Galih putus.
Galih tetap SMS, dia memanggilku dengan sebutan sang mantan
lagi. Dia mengungkapkan bahwa dia masih
sangat menyayangiku. Aku juga mengakuinya. Galih akan pindah setelah ulangan
semester nanti. Kita masih saling menyayangi, tapi aku tak sanggup dengan
jarak. Aku terkalahkan oleh jarak. Asalkan kau tahu, Galih aku takkan sanggup
melupakan ataupun membuang kenangan-kenangan manis, pahit kita. Semoga kita
dipertemukan kelak nanti !